Imajinasi dan Angka!


Es Jeruk dan Matematika!

beberapa minggu ini. saya sedang menikmati sepenuhnya suasana bermetafora dalam melatih diri saya sendiri untuk berkreatifias. saya lakukan pengamatan-pengamatan kecil nan reflektif di lingkup keluarga. My Princess “Jihan Ian” adalah sumber inspirasinya.

my princess bangun tidur

my princess bangun tidur

kenangan waktu dia membuat eksperimen es jeruk dengan tangannya sendiri buat saya kagum. dimulai dengan menuangkan air dingin ke dalam gelas, kemudian dia minta tolong untuk membelah buah jeruk manis. setelah itu dia masukkan buahnya ke dalam gelas, baru dia ambil lagi dan dia peras pakai tangannya. bukan dengan alat yang bisa ditampung hasil perasannya sebelum di campur kedalam gelas siap saji. itu yang kita saksikan kalo di warung, depot (cara orang dewasa secara umum).

setelah itu dia saya tanya: itu belajar dimana cara bikin es jeruknya? “aku sendiri”, begitu katanya. terus saya lanjutkan, sejak kapan membuat es jeruk begituan? “sejak sekarang”, dengan santainya Ian Merespon. hebat! kamu sudah bereksperimen menciptakan es jeruk ala jihan.

saya belajar banyak dari hal ini. bagaimana kekuatan terhanyut yang sedang dinikmati oleh anak saya adalah hal yang begitu indah untuk dinikmati dan dirasakan sendiri olehnya.

lalu besoknya, Ian bilang lagi kali ini mau bikin es pisang katanya. saya sendiri tidak tahu apa yang membuatnya tertarik bereksperimen dengan buah-buah diatas meja makan? tetapi maksud menjadi tidak penting lagi, kalau dibanding dengan proses dia menemukan ide dan melakukannya. setelah dia ambil buah pisang dan mengupasnya, dia masukkan dalam gelas. kemudian diaduk-aduk dengan caranya, hingga terlihat seperti bubur. selanjutnya dia beri tuangan air dingin ditambah sirup dari dalam kulkas. wow, wow, wow….. Ian bilang ke saya silahkan coba yah! saya jawab “jihan dulu yang coba’, baru nanti ayah. ternyata setelah dia mencoba syrup pisang ciptaannya sendiri, dia kurang puas. di taruhna begitu saja eksperimennya.

senang sekali saya menyaksikan dia bereksperimen. karena memang inilah yang lebih penting dari belajar menghitung di usia dia saat ini. begitu juga dengan belajar mengahafal dan aneka macam pelajaran mengingat. karena menghitung biasanya menghasilkan informasi.

apalagi sekarang jaman informasi telah berakhir, digantikan jaman konseptual.  bukalah dalam A Whole A New Mind si Daniel H.Pink. dia mencontohkan konteks menghasilkan hitungan dan informasi dengan;  coba aja kalikan 12 digit angka kali 13 digit, dan pencet toots keyboard komputer anda di program menghtungnya. maka tidak sampai satu detik jawabannya langsung keluar. otak dan tangan manusia yang mana yang mampu menandinginya. dan semua alat, cara/metode di dunia memang memiliki keterbatasan, coba kalo tidak ada listrik, apa komputernya bisa nyala. mungkin suatu saat muncul laptop tenaga cahaya dan cukup dengan hembusan nafas, atau connect dengan detak jantung maka dia bisa hidup. semoga!

Ada yang menarik kalo kita cari juga seni belajar menghitung. ada kecenderungan menarik saat ini muncul beragam metode “mental aritmatika”, semua cara itu tentu bagus. apalagi jika membantu memudahkan anak, remaja, orang untuk belajar. semua berawal dari mengenalkan angka yang tidak pernah mewakili apa-apa, kecuali urut-urtan pada awalnya kita belajar. lalu kemudian dikenalkan ilmu hitungnya, dan disni uniknya. kecenderungan setelah mengahafal urut-urutan hitungan, anak-anak ini diajari tentang jumlah. itu artinya belajar penjumlahan dari “tambah-tambahan”. koq bukannya perkalian, pengurangan atau pembagian ya…??? inikah yang membuat manusia mengenal menambah jumlah apa yang telah dimilikinya menjadi makin bertambah terus menerus??? hahaha…

bersenang-senanglah!

bersenang-senanglah!

matematika. memang logika dasar yang akan membantu manusia untuk menemukan hitungan atas dunia ini, meski antara fakta, realitas dengan data statistik maupun jumlha hitungan sebenarnya tidak pernah mewakili atasnya (demikian goresan pena Larry gonick dalam buku komiknya).

Keberanian bereksperimen, adalah ciri semua ilmuwan. menghapus ketakutan, menjadi dirinya sendiri itulah beberapa karakter para ilmuwan. lihatlah Einstein dengan rumus terkenalnya  E = MC2. yang membantu orang menemukan hukum energy dan menghasilkan tenaga atom hingga nuklir pada pengembangannya itu. ternyata bukan langsung matematis. galileo menemukan pendulum jam untuk menandai putaran waktu, berawal saat dia menyaksikan dentang lonceng gereja. Neils Bohr sang penemu rumus inti atom juga tidak lansung pada angka, tetapi imajinasi dulu ketika sedang menonton pacuan kuda. demikian juga isac newton menemukan hukum grafitasi yang dipicu melihat apel jatuh ketika dia tidur-tiduran di kebun apel. inilah imajinasi yang memicu dan dikawinkan dengan kemungkinan lain akan menghasilkan hal-hal baru.

pada temuan yang lain, di buku Head dan Head dalam Made To Stick, juga ada temuan sebuah riset ilmuwan, bahwa anak-anak Amerika “lebih ketinggalan” dalam memahami ilmu matematika dibandingkan dengan anak-anak negeri China. Loh koq bisa? padahal science dan rasionalitas dan revolusi ilmu pengetahuan kan Amerika tempatnya? sebabnya benar-benar bukan hasil matematis. tetapi sebabnya adalah kalo di amerika belajar matematika langsung to the point aja, sedangkan di China belajar matematika itu menggunakan cerita. cerita tentang kebajikan, menandai situasi sekitar dengan perwakilan angka-angka, dan lainnya. ditengah cerita inilah biasanya ditengah-tengah di susupi angka, lalu baru dihitung, entah di kurangi, dibagi ditambah maupun dikalikan. dengan cerita memang imajinasi seseorang remaja, dewasa dan anak-anak juga akan dibantu untuk bekerja, sehingga saat belajar menghitung otak dan indera kita tidak hanya membuat urut-urutan, tetapi melingkupi makna yang lebih luas. (ipoel).

2 komentar di “Imajinasi dan Angka!

  1. maka dari itu respon with passionate untuk keberlanjutan Ecopreneur Inst’ adalah keberanian saya untuk bereksperimen tentang bekerja, bermain dan belajar mas, hehe. chayoo

    Suka

Tinggalkan komentar