Menjelang Satu Abad Taman Siswa.
Ki Hadjar Dewantara adalah pribadi tangguh yang bervisi besar. Setelah mengandi pada sekolah bernama Adidharma selama setahun.
Akhirnya dia mendirikan organisasi Taman Siswa. Tepat pada hari ini (3 juli 1922 – 3 juli 2017). Berdirinya organisasi ini menjadikan tonggak bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.
Untuk memahami lebih dalam mengenai sejarah berdirinya organisasi Taman Siswa di bawah ini akan kami uraikan mengenai Sejarah Taman Siswa.
Berdirinya Taman Siswa
Taman siswa didirikan pada tahun 1922 tepatnya pada tanggal 03 Juli. Pendirian organisasi ini dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan yang berlaku pada masa tersebut, yakni pendidikan oleh pemerintahan belanda yang pada saat itu menguasai Indonesia.
Memarginalkan rakyat Indonesia dengan sistem kasta membuat anak bangsa tidak dapat merasakan bangku sekolah secara merata. Bayangkan saja mereka yang boleh mengenyam pendidikan hanya para anak bangsawan, konglomerat, dan kalangan keluarga raja, padahal keseluruhan rakyat Indonesia sangat membutuhkan pendidikan guna memerdekakan Indonesia dari penjajahan sekaligus mewujudkan kesejahteraan.
Pendiri Taman Siswa
Adalah R.M. Soewani Soeryaningrat (Ki Hajar Dewantoro) sosok bangsawan yang menjadi pencetus organisasi pendidikan pertama di Indonesia yang jasanya masih dapat kita rasakan hingga saat ini. Sosok Ki Hajar Dewantara yang mengawali kariernya sebagai seorang wartawan memang terkenal sebagai bangsawan yang memiliki pemikiran jauh ke depan terlebih setelah beliau terjun dalam dunia politik. Kegiatannya sebagai seorang penulis yang memiliki kebudayaan tinggi membuat beliau termotivasi untuk mengenyam pendidikan di Belanda.
Pada tahun 1919 sepulangnya beliau dari Belanda, bersama rekan-rekannya mengadakan pertemuan di halaman rumah beliau yang kini didirikan sebagai pendopo Taman Siswa (jogja). Dalam sarasehan yang telah berlangsung rutin tiap malam selasa kliwon ini tercetus gagasan mengenai pendidikan di Indonesia. Berikutnya Ki Hajar Dewantara ditunjuk sebagai pimpinan divisi pendidikan bagi anak-anak dan remaja, sementara rekannya yakni Ki Ageng Suryomentaram ditunjuk sebagai pimpinan divisi pendidikan yang menangani pendidikan usia dewasa. Akhirnya pada tanggal 3 bulan juli tahun 1922, Ki Hajar Dewantara bersama Soestatmo, Pronowidigdo, dan rekan lainnya memproklamirkan berdirinya Perguruan Nasional Taman Siswa yang berada di Jogjakarta.
Tujuan Didirikannya Taman Siswa
Semboyan Taman Siswa, Sejarah Berdirinya Organisasi Taman Siswa
Menjadi satu-satunya tonggak pendidikan bangsa pada waktu itu Taman Siswa memiliki tujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahiriah dan batiniah.
Salah satu misi untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan mengenalkan pendidikan kepada masyarakat. Tidak heran jika dalam mewujudkan misi tersebut Taman Siswa berkembang pada satuan pendidikan mulai dari Taman Indriya (sekelas Taman kanak-kanan), hingga Perguruan Tinggi Sarjanawiyata Taman Siswa. Yang dimaksud dengan “merdeka lahiriah dan batiniah” dalam tujuan utama Taman Siswa yakni tidak dijajah secara fisik, politik maupun ekonomi dan mampu mengendalikan kondisi (keadaan diri dan bangsanya).
Berikutnya yang patut Anda ketahui mengenai organisasi ini adalah pesan-pesan bijak dari berdirinya Taman Siswa.
Semboyan Taman Siswa
Prinsip dasar yang menjadi semboyan Taman siswa untuk menjadi seorang guru adalah:
• Ing Ngarsa Sung Tulada yang artinya di depan memberi teladan (contoh)
• Ing Madya Mangun Karsa yang artinya di tengah membangun prakarsa (semangat) dan
• Tut Wuri Handayani yang artinya dari belakang mendukung (memberi dukungan)
Ketiga prinsip di atas merupakan semboyan Taman Siswa.
Asas Pendirian Taman Siswa
Taman Siswa menjadikan bukti kecerdasan intelektual dan kecekatan Ki Hajar Dewantara serta rekan-rekannya, hal ini terwujud dalam pondasi pendirian taman siswa yakni Asas. Asas Taman siswa berisikan tujuh pasal sebagaimana tertera di bawah ini:
Pasal Pertama
Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri, dengan terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
Pasal Kedua
Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
Pasal Ketiga
Bahwa pengajaran harus berdasarkan pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
Pasal Keempat
Bahwa pengajaran harus tersebar luar sampai dapat menjangkau seluruh rakyat.
Pasal Kelima
Bahwa untuk mengajar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan dari siapapun yang mengikat, baik lahir maupun batin.
Pasal Keenam
Bahwa setiap konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
Pasal Ketujuh
Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu ada keikhlasan lahir dan batin mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Ketujuh pasal di atas merupakan landasan utama perjuangan organisasi Taman Siswa dalam mewujudkan cita-citanya.
Dengan memahami dan mengetahui sejarah berdirinya organisasi Taman Siswa termasuk semboyan Taman Siswa semoga kita termotivasi untuk senantiasa berjuang guna mewujudkan cita-cita para pendahulu kita yang sangat mulia.
Selain prinsip-prinsip dasar diatas. Ki Hadjar juga mengenalkan spirit Among yang dipilih sejak berdirinya. Bahwa para pamong (guru pendidik) adalah panutan-penuntun-pemberi arahan yang bertumpu pada kekuatan terbaik para siswanya yang mnjadikan jiwa merdeka.
Pun dengan candra sengkala yang berbunyi “lawan sastra ngesti aji”. Klo tidak salah berarti bahwa tiap-tiap pribadi yang berilmu akan dimuliakan derajatnya selama mau terus memerdekakan jiwanya dalam belajar.
Selamat berdirgahayu Taman Siswa,
Maturnuwun dan alfaatehah buat Sang penghubah lagu Internationale dengan sajak-sajak yang lebih khas situasi Indonesia pada masa terjajah.
KATA-KATA MUTIARA, SEMBOYAN DAN PERLAMBANGAN TAMAN SISWA
Dalam rangka memperjuangkan kelestarian dan pengembangan kebudayaan nasional Indonesia dan dalam rangka mewujudkan masyarakat tertib damai yang merdeka, mandiri, salam dan bahagia, maka di Tamansiswa banyak kata-kata mutiara, semboyan dan perlambang. Kata-kata mutiara, semboyan, dan perlambang itu merupakan himbauan dan sebagai pengganti perintah dan larangan.
Di bawah ini beberapa kata-kata mutiara, semboyan, dan perlambang yang biasa dipakai di Tamansiswa.
Berdirinya Tamansiswa tanggal, 3 Juli 1922 di tandai dengan candrasengkala (gambaran waktu) : “LAWAN SASTRA NGESTI MULYA” yang dalam bahasa Indonesia berarti DENGAN ILMU MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Lawan Sastra Ngesti Mulya mengandung arti bahwa :
a. Siapa yang ingin bahagia hidupnya harus menguasa; ilmu tentang hidup dan kehidupan (kecakapan hidup).b. Lawan = 2, Sastra = 5, Ngesti = 8, Mulya = 1. Lawan Sastra Ngesti Mulya = 1852 yaitu tahun Saka berdirinya Tamansiswa. Pada tahun Masehi jatuh tahun 1922.
Berdirinya Persatuan Tamansiswa ditandai dengan candra sengkala “SUCI TATA NGESTI TUNGGAL” artinya :
a. Dengan kesucian hati (ikhlas, rela berkorban) dan dengan ketertiban lahir (swadisiplin) dicapai kesatuan persatuan dan kesempurnaan. Siapapun yang ingin bersatu / sempurna, harus ikhlas / rela berkorban melepaskan kepentingan pribadinya dan disiplin mengikuti ketentuan bersama.b. Suci – 4, Tata = 5, Ngesti = 8, Tunggal = 1. Suci Tata Ngesti Tunggal – tahun 1854 Saka atau tahun 1923 Masehi.
Pada waktu pertama kali didirikan Tamansiswa terdapat dua reaksi masyarakat, ada yang setuju dan ada yang mencela. Menghadapi kedua masalah itu Ki Hadjar Dewantara tidak marah. Beliau mengatakan : “Yang setuju silakan membantu, yang tidak setuju tidak perlu mengganggu”. Kata-kata mutiara ini dapat dijadikan pedoman dalam berjuang. Bila mendapat kritik tidak perlu marah, risau, atau sejenisnya Kita harus selalu salam dan bahagia walau dalam keadaan apapun.
Ngreti, Ngrasa, Nglakoni (TRINGA) adalah semboyan orang belajar.
Ngreti = memahami dengan akal / pikiran / koqnitif.
Ngreti = memahami dengan akal / pikiran / koqnitif.
Ngrasa – menghayati dengan perasaan / afektif.
Nglakoni = mengamalkan dengan perbuatan / psikomotor Ilmu yang dipelajari akan bermanfaat bila sudah diamalkan (ilmu iku kasiyate kanthi laku).
Mamayu hayuning sarira, mamayu hayuning bangsa, mamayu hayuning manungsa (TRIHAYU)
Adalah cita-cita hidup manusia yaitu membahagiakan diri pribadi, bangsa sendiri, dan umat manusia sedunia Dalam pembukaan UUD-1945 disebut dengan kalimat Meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut mewujudkan ketertiban dunia.
Melalui cita-cita itu maka orang Indonesia tidak dapat menerima paham individualisme, liberalisme, komunisme, dan kapitalisme. Kita lebih cocok menggunakan paham Pancasila.
Pendidikan diselenggarakan dengan mengharmoniskan tiga pusat pendidikan , yaitu : Keluarga – Sekolah/Perguruan – Masyarakat (TRIPUSAT). TRIPUSAT / TRISENTRA Pendidikan itu diterapkan oleh bangsa Indonesia menjadi:
Pendidikan Berbasis Masyarakat yang artinya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara orang tua dan masyarakat, dilaksanakan oleh Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Pendidikan diselenggarakan sepanjang hayat (Life Long Education)
Wujudnya adalah pendidikan informal (pendidikan keluarga), pendidikan formal (pendidikan sekolah), dan pendidikan non formal (pendidikan di masyarakat).
Perjuangan Tamansiswa dilakukan secara TR1KO yaitu : kooperatif (kerjasama sebagai mitra), konsultatif (konsultasi), dan korektif (saling mengingatkan)
Pengembangan kebudayaan nasional dilakukan secara TR1KON yaitu:
Kontinyu teras menerus secara berkesinambungan mengena kan kebudayaan asli, yaitu puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan daerah.
Konvergen, yaitu memadukan kebudayaan bangsa sendiri dengan kebudayaan asing yang dipandang perlu untuk memajukan bangsa secara selektif (sejauh tidak bertentangan dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia) dan adaptatif (menyatu secara asimilasi)
Konsentris, artinya menyatu dengan kebudayaan dunia (globalisasi) dengan tetap mempertahankan ciri khas kebu¬dayaan bangsa sendiri, (berkepribadian nasional)
Pemimpin yang demokratis harus melaksanakan TRILOGI Kepemimpinan yaitu:
membimbing dengan keteladanan (Ing ngarsa sung tuladha)
membina dengan membangun kemauan (Ing madya mangun karsa)
memerdekakan untuk berkreativitas dengan tetap memberi kekuatan (Tutwuri Handayani).
Norma kepemimpinan demokratis adalah : TRI PANTANGAN yaitu:
Semboyan orang berjuang :
RAWE – RAWE RANTAS, MALANG – MALANG PUTUNG artinya : siap menghadapi segala ancaman , tantangan, hambatan, dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar.
Rawe-rawe rantas artinya segala tali – temali (penghalang) diputuskan.
Malang-malang putung artinya segala benda penghalang (kayu, besi, pagar) dipatahkan.
Semboyan menghadapi masalah adalah NENG, NING, NUNG, NANG artinya.:
Semboyan memperjuangkan tanah air adalah : SENYARI BUMI SEDUMUK BATHUK DEN LAKONI TAKER PATI
artinya : Biar selebar telunjuk di dahi, atau selebar ibu jari, tanah airku, kupertahankan sampai titik darah penghabisan.
Semboyan hidup mandiri : OPOR BEBEK MATENG SAKA AWAKE DHEWEK. Artinya kita harus mampu membiayai hidup dari hasil pendapatan sendiri secara halal dan wajar, seperti sayur itik yang masak / matang karena minyaknya sendiri.
Semboyan hidup makarya (senang bekerja, senang berikhtiar) adalah. TIRULAH HIDUP CECAK.
Orang bekerja dan berikhtiar harus kreatif, ulet, tekun, dan terampil, yakni hidup mandiri yang tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Seperti hidupnya cecak, agar dapat makan nyamuk ia mendekati lampu di mana nyamuk berkerumun, sabar menunggu sampai nyamuknya mendekat (ulet dan tekun) dan terampil menggunakan lidahnya agar sekali julur nyamuk itu harus kena.
Sumber : PENDIDIKAN KETAMANSISWAAAN JILID I Disusun oleh Ki Soenarno Hadiwijoyo Hal.82-87